Pladu Bengawan Solo
Bagi masyarakat di kampungku dan sekitarnya mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata Pladu, tapi sebagian dari mereka juga masih belum tahu betul asal muasal Pladu. Karena selama ini mereka menganggap Pladu adalah fenomena alam yang menguntungkan bagi mereka. Pladu versi orang awam kampungku adalah datangnya hujan frontal setelah musim kemarau, sehingga membuat endapan lumpur sungai Bengawan Solo naik ke permukaan. Keadaan yang demikian membuat makhluk hidup yang ada di sungai kehilangan penglihatannya dan berenang tak tentu arah hingga ke permukaan sampai ke tepian sungai.
Pladu adalah saat yang sangat dinantikan oleh sebagian masyarakat yang bertempat tinggal di daerah sekitar aliran bengawan Solo. Mereka akan menyambut dengan suka cita karena ikan dan udang seolah menghampiri mereka dan menyerahkan diri untuk dipanen tanpa susah payah Tapi tahukan mereka, bahwa Pladu adalah hasil dari perbuatan keji yang dilakukan oleh sebagian orang/oknum yang tidak bertanggung jawab, yang demi melancarkan kepentingannya pribadi mereka telah merusak ekosistem yang ada di dalam air sungai? Menurut hasil investigasi, survey dan logika saya setelah cari tahu sana sini, Pladu memang awalnya terbentuk dari fenomena alam, yaitu datangnya hujan frontal seperti pengertian awam tadi, tetapi tidak sampai membuat ikan kehilangan penglihatannya. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan debit air sungai meningkat ditambah dengan keruhnya air sungai kemudian dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuang limbah industrinya ke sungai. Kandungan racun dari limbah cair pabrik yang tidak diolah lebih dulu itulah yang menyebabkan kehancuran makhluk hidup air sungai. Bahkan limbah cair yang sudah diolah, sisa olahannyapun masih mengandung bahan beracun dan berbahaya seperti Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Krom (Cr), Seng (Zn) dan Nikel (Ni).
Untuk kawasan aliran sungai bengawan Solo kadar racunnya mungkin tidak terlalu tinggi atau masih diambang batas, terbukti ikan ataupun udang tidak sampai mati, layaknya ikan yang terkena racun dengan kandungan Merkuri (Hg), limbah yang berasal dari pabrik kertas (Pulp=bubur kertas). Belum ada penelitian mengenai hal ini, racun apa yang terkandung dalam ikan Pladu ini. Namun jika ikan yang tercemar ini dikonsumsi terus menerus tentu saja akan berdampak yang tidak baik untuk kesehatan. Ikan yang tercemar oleh merkuri jika dikonsumsi oleh ibu hamil bisa merusak janin bahkan kematian. Pladu itu sendiri hanya terjadi kurang dari 10 kali dalam kurun waktu satu tahun. Ternyata apa yang dianggap menguntungkan menurut masyarakat itu sebenarnya tidaklah benar. Karena selain merusak alam juga kelangsungan hidup ikan dan manusia itu sendiri. Ikan sungai bengawan Solo memang berbeda dengan ikan air tawar lainnya, rasanya gurih, dan sangat jarang kita temui. Mungkin karena tidak mudah menangkapnya akibat derasnya arus sungai, kecuali jika musim kemarau. Ikan-ikan bengawan Solo antara lain, Jendil, Rengkik, Thengil, Badher dan Wader. Paling enak adalah ikan Jendil. Harga satu ekor ikan Jendil dengan panjang 15cm saja bisa setara dengan harga satu ekor ayam kampung.
[]Lovalia : Berbagai Sumber
0 komentar: