NEGERI DANGDUT SEMUA DIGOYANG

08.56 Unknown 0 Comments



 "Ini negeri dangdut, apa sih yang tidak bisa digoyang?" Akhirnya terdakwa paham

-Gibran Rakabumi-



Hmmm ... Dangdut is the music of my country , yes ?
Aduh, kenapa saya malah bertanya dengan kalimat sok English gitu ya ? Mungkin saya sedang terjangkit virus dangdut bahasa, uppss mana ada ? :)

Yups , dangdut musik aseli negeri ini. Siapapun yang mendengar musiknya walaupun malu-malu toh akhirnya bergoyang juga tanpa disadarinya. Tua muda semua kenal dangdut. Mengaku tidak suka dangdut tapi tiap hari asyik - asyik aja dengerin lagi dangdut dari rumah tetangga. Mengatakan dangdut musik kampungan ternyata kalau ada konser dangdut jogetnya paling depan. Dangdut, dangdut, dangdut....

Yah, negeriku negeri dangdut. Dangdut bukan musik kampungan apaagi murahan. Tidak , jangan katakan dangdut sebagai musik murahan, karena saya tidak akan rela anda menyebutnya demikan. Dangdut tidak hanya di panggung desa tapi kini merambah panggung politik juga. Mulai dari kampanye calon wakil rakyat sampai wakil rakyat yang main mata sama artis dangdut, lengkap sudah. Mulai dari kampanye air sampai suapan sendok emas di panggung politik.

Dangdut... dangdut...dangdut.

Padahal Sang Raja Dangdut sendiri telah menciptakan banyak syair lagu dangdut yang maknanya subhanallah begitu dalam dan menyentuh perasaan. Tapi sayangnya beberapa orang dari mereka yang duduk di kursi panas dewan sana lebih memilih untuk bergoyang dengan rupiah haram. kasus suap, korupsi, menjadi tontonan kita sehari - hari .

Lalu sekarang siapa yang kampungan ? Goyangan dangdut ataukah orang-orang yang memaksakan goyangan haram atas negeri ini ?

Ah sudahlah .... saya pun pusing bagaimana cara mengakhiri tulisan ini


 

Just Writting From Stalking : Tulisan di blog saya dengan label Gibranian ini hanya pengembangan hasil stalking saya di twitternya @GibranRakabumi. Nggak tau itu twitter asli apa nggak , tapi kalimatnya bagus-bagus, sederhana mengena pokok e. // Mengaku Pengagum sosok Gibran Rakabumi //

0 komentar:

PENDAKIAN : LAWU 3265 mdpl ANNIVERSARRY TIM 5A- GEMPA

19.52 Unknown 0 Comments

My TIM 5A minus Arik ( yang motret soale)
Berdiri kiri-kanan : Aris, Thonie, Adam, Alia, Imut
Jongkok kiri-kanan : Muji, Aries
4 November 2013- Ada sesuatu yang berbeda di pendakian kali ini. Karena ini pertama kalinya kami TIM 5A berpetualang dengan formasi lengkap ( Thonie, Imut, Muji, Adam, Alia, Arik, Aries, Aris). Jika saya pikir-pikir esok adalah genap 1 tahun TIM kami berdiri :) berarti juga first anniversarry GEMPA "Generasi Mahasiswa Pecinta Alam". Awal kami terbentuk pun di Gunung Lawu ini .

Seperti biasa basecamp pemberangkatan kami adalah Simsi's House alias rumahnya mas Imut. Bedanya jika biasanya kami berangkat pagi-pagi, kali ini kami berangkat siang hari, kurang lebih pukul 1 siang. Cukup nekat sebenarnya karena sejak awal berangkat mendung sudah menggelayut di langit. Tapi bukankah hujan adalah sahabat bagi para pecinta alam ? :)
 Ceiiliieehhh gayanyaa ... :D




Seperti tahun lalu kami akan merayakan tahun baru Islam di puncak Gunung Lawu. Orang Jawa bilang malam satu Suro. Cukup mendatangkan tantangan tersendiri selain karena momen yang termasuk disakralkan, pendakian kali itu juga kami lakukan di salah satu gunung yang termasuk deretan teratas gunung yang masih kental aura mistisnya. Perpaduan yang sungguh pas bukan… ^_^ Di waktu tersebut Gunung Lawu sedang ramai-ramainya dikunjungi.

Memasuki kota Magetan hujan benar-benar deras. Akhirnya kami memutuskan untuk berteduh, tapi begitu menyadari tempat berteduh itu adalah pemakaman, kami memutuskan berteduh cukup lama di sebuah rumah makan. Bukan karena kami takut hujan, tapi karena kami kelaparan. :D Selain itu kami harus menjemput dua pasukan tambahan, kawan-kawan Mas Adam (kawan kami juga tentunya)

Tahun ini kami pun kami memilih Cemoro Sewu sebagai jalur pendakian yang kami pakai. Selain karena lebih singkat, di jalur itu biasanya lebih ramai pendaki maupun penduduk sekitar yang melakukan kegiatan adat. Benar saja, begitu kami sampai di basecamp Cemoro Sewu, lautan manusia memenuhi jalanan dan warung-warung yang ada disana. Kami pun sempat kebingungan mencari lokasi parkir karena memang semuanya penuh. Namun akhirnya kami menemukan area parkir yang masih bisa menampung motor kami meski harus berjalan beberapa meter dari gerbang pendakian. Dari yang kami lihat saat melewati jalanan menuju basecamp.



Tenda kami di Basecamp
Setelah motor dipastikan aman, kami pun menuju gerbang pendakian untuk mengurus perijinan dan administrasi. Biaya administrasinya cukup Rp 7.500,- saja perorangnya. Di sekitaran gerbang pendakian sudah banyak tenda yang didirikan. Mungkin mereka cuma ngecamp disitu tanpa muncak atau mungkin juga hanya istirahat sejenak sebelum meneruskan mendaki ke puncak. Bisa dipastikan malam itu Cemoro Sewu rame banget, saking ramenya saat mendaki kita tak akan berjalan satu rombongan sendirian saja, pasti di depan maupun di belakang ada saja rombongan lain yang juga mendaki. Setelah memasak makanan dan makan malam kami memutuskan istirahat dan berangkat ke puncak besok setelah shubuh.
Masak-masak di POS II

Singkat cerita esok harinya sesudah makan pagi kami pun memulai perjalanan yang cukup menyenangkan hingga kami sampai di POS I. Saling menyapa pendaki lainnya yang tidak dikenal, berbagi cerita, berbagi tempat atau bahkan berbagi bekal adalah hal yang sangat menyenangkan yang hanya bisa ditemui saat kau mendaki kawan :). Keakraban dan persaudaraan itulah pendaki.

Usai POS I kami menuju POS II. Kami melanjutkan berjalan menapaki jalur pendakian yang didominasi batu terjal yang menanjak tersebut perlahan-lahan karena di sisi kanan dan kiri mulai banyak pendaki-pendaki yang tiduran di pinggir jalur pendakian. Kalau gak melihat dengan seksama bisa-bisa pas kita jalan mereka bisa terinjak tuh karena saking berserakannya pendaki yang tiduran di jalur pendakian.

Tak terasa satu per satu pos yang ada berhasil kami lewati dengan lancar. Hingga akhirnya sampai di Pos 4 dengan tanah berkapur putih nya. Rasanya tubuh ini sebenarnya ingin segera direhatkan karena letih dan kantuk yang perlahan makin bertambah intensitasnya, namun kami memutuskan lanjut saja berjalan hingga Pos 5 karena jaraknya nggak terlalu jauh dari pos sebelumnya.

Langit di sisi timur sudah mulai gelap, kabut mulai turun dan firasatku mengatakan malam ini akan terjadi badai  :(

Kami melihat salah satu tenda kami sudah terpancang di POS V. tentulah teman-teman yang sudah terlebih dahulu sampai sebelum kami yang memasangnya. Belum sampai kami memasang tenda, tiba-tiba hujan dan angin kencang turun bersamaan, benar firasatku... telur badai mulai menetas. Ya Allah ... lindungi kami :)

Sepertinya kami mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat mendirikan camp. Gimana nggak kesulitan coba, sudah ada puluhan tenda yang didirikan disana ditambah ada sebuah warung dadakan lagi. Warungnya luar biasa lho… Seperti warung-warung yang ada di tiap pos Gunung Lawu sebelumnya yang sekaligus menyediakan pondokan bagi pendaki untuk beristirahat atau pun tiduran, di Pos 5 pun ada. Mungkin karena bertepatan dengan malem satu Suro kali ya. Biasanya sih cuman ada di Pos 1, namun kali ini kalau dihitung-hitung yang tidak ada warungnya hanya di Pos 4 saja, karena memang tempatnya nggak begitu luas.
Menghangatkan diri dengan api
Bahkan apinya pun membeku :D
Setelah berjuang dengan menahan angin ekstra kencang yang membawa hawa super dingin di Pos 5, akhirnya kami mendapat lokasi mendirikan camp yang tepat meski tak begitu sempurna. Agak miring, nggak rata, cukup tertutup sih, yah gimana lagi emang sudah penuh. Karena dikejar waktu yang terus berjalan seiring dengan langit yang mulai menguning, seadanya pun jadilah.

Rencananya sih mau tidur bakal sejam dua jam dulu sebelum memasak makanan. Begitu tenda berdiri walau terpaan angin ribut terus menghantam tenda, kami pun mengisi perut dengan makan di warung sederhana itung-itung sebagai pengganjal perut sebelum tidur pagi, #lhoh...

Ahh, akhirnya bisa tidur. Walaupun saya dan mas Adam harus berperang histeris gara-gara serangan Muji #sensor…. haha

Angin yang ribut menghantam tenda membuat saya tidur tak terlalu pulas. Apalagi tengah malam banyak pendaki menggerutu karena menganggap tenda kami berdiri di tengah jalan :D padahal seingatku jalan menuju puncak ada di sisi berlawanan.


DI PUNCAK- Menikmati minuman karya mas Imut hahaha :D
rasanya aneh
Sekitar pukul 03.00 kami berangkat menuju puncak. Muji kami tinggal di tenda. Kondisiku sendiri fatal akibat perang kontroversial Muji :D Sebelum sampai di Warung Mbok Yem, kita akan melewati sebuah sumber mata air yang disekitarnya terdapat cerukan-cerukan tanah yang bisa digunakan untuk bersembunyi dari dinginnya udara. Namun sepertinya saat itu Sendhang Drajad sedang kering kerontang hanya mengucur sedikit saja, tapi tak apa lah. Selain itu juga terdapat sebuah warung lain yang sempat saya dan beberapa teman pakai untuk nginep saat pendakian Lawu bebrapa tahun lalu.





Di Puncak Hargo Dumillah
Setelah berjalan beberapa saat kami akhirnya sampai di Hargo Dumillah.Angin bertiup semakin kencang di puncak . Tapi setidaknya rindu terobati pada punca yang kupeluk sekian kalinya ini :)

Setelah membuat minuman hangat dan mengabadikan beberapa pose kenangan di puncak akhirnya kami memutuskan untuk turun.
Sisi Lain Hargo Dumillah
Alia with Mas Adam

Bojonegoro he he he :p










Kami membereskan tenda dan kali ini kami sungguh beruntung, di tengah perut yang keroncongan dan dahaga yang menyiksa ternyata warung di POS V kehabisan air sehingga kami tidak bisa membeli makanan dan minuman.
Kakak-kakakku , Sahabat-sahabat terbaikkuuuu
Perjalanan turun terasa menyenangkan. Saya sengaja berjalan pelan-pelan, membiarkan kawan-kawan berjalan terlebih dahulu dan menunggu saya di bawah nantinya. Hanya ingin menikmati suasana lebih mendalam. :)

Sesampainya di bawah seperti biasa saya pun "mencuri" beberapa wortel di kebun petani yang habis dipanen. Membuat orang-orang yang melihat saya menggenggam bunga-bunga wortel mengira itu adalah sedelweiss :D

tapi seperti biasanya pula wortel itu tertinggal dan tidak bisa saya bawa pulang ( atau memang tak ingin ikut pulang ).

Pukul 12.30 kami memutuskan kembali pulang ditemani hujan gerimis. Yah, itulah pendakian kawan, entah orang-orang kau kenal atau tidak, pasti akan saling menyapa dan membantu :)

Alhamdulillah tak sekalipun aku tinggalkan kewajiban kepada Tuhan untuk bersujud :)

Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya tetap bisa ke sini lagi :)

Lovalia
Foto, Doc.TIM 5A

0 komentar: