"TITISAN DAHLAN" PUTRA PUTRI MUHAMMADIYAH >TIDAK BERDARAH RUPIAH<

20.13 Unknown 0 Comments


Keikhlasan merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk diraih. Padahal ia adalah salah satu syarat diterimanya amal seorang hamba. Oleh karenanya, kita perlu sering-sering mendapatkan nasihat tentang keikhlasan ini.
MI Muhammadiyah Sudung

Sore tadi hujan demikian derasnya ... dan memang dari tadi malam saya sudah berfikir betapa beratnya jalan esok hari yang harus saya lalui menuju ke sekolah tempat saya membagi ilmu.
Terbayang jalan berlumpur yang harus saya lalui esok hari. Jalan setapak yang sedari dulu memang buruk , kini bertambah menjadi sangat buruk karena adanya perbaikan. Tidak hanya batu-batu licin tapi juga lumpur yang mengerikan harus saya lalui sepanjang 2 kilometer untuk sampai ke sekolah kami. Dan benarlah .. hari ini sungguh ... parah sekali ... :(
MI Muhammadiyah Sudung
Ya jalan setapak yang sedari dulu memang buruk harus saya lalui setiap pagi untuk menunaikan janji yang saya junjung sejak 10 tahun lalu. Janji Pelajar Muhammadiyah ( butir ke enam lebih tepatnya) : "Sanggup meneruskan amal usaha Muhammadiyah" . Sekolah tempat saya mengajar memang sebuah MI  Muhammadiyah satu-satunya di desa kami. Bergelut menjaga eksistensi di era sekarang memang perjuangan ekstra keras. Terlebih dalam satu desa kami harus "bersaing" dengan 7 sekolah lainnya (SD & MI). Karena itulah saya tidak ingin kehilangan 1 hari pun untuk tidak mengajar anak-anak ini.
Saya mencintai sekolah ini .. mencintai seluruh elemen di dalamnya . Dan darah Ahmad Dahlan yang menetes dalam jiwa perjuangan membuat saya tidak pernah berfikir untuk membandingkan nilai materi yang saya dapat. Ya ... para titisan Dahlan .... anak-anak Muhamamdiyah seharusnya memang tak berdarah rupiah ... :)
Saya tidak boleh mengeluh .. Jiwa saya jiwa muda .. Alangkah malu jika saya harus mengeluh . Malu kepada mereka yang sudah lebih dulu berjuang dari masa muda hingga masa tua . TIDAK ... sedikitpun tidak kuhalalkan diriku untuk mengeluhkan keadaan ini :)
Bukankah setiap janji adalah hutang yang harus dibayar ? 
Ya .. aku belum bisa memberikan apa-apa kepada Muhammadiyah selain sebuah keikhlasan pengabdian.
Mereka Semangatku
Pengabdian dan keikhlasan adalah dua makna kerja yang saling berhubungan. Pengabdian tanpa keikhlasan akan membawa bencana yang tiada akhir. Keikhlasan tanpa dibarengi dengan pengabdian adalah usaha yang teramat sia-sia. Karena akan menimbulkan ocehan kosong yang banyak membuang energi.

Keikhlasan sangat di perlukan dalam pengabdian, karena dengan keikhlasan pengabdian akan menjadi berguna dan bermanfaat bagi semua orang. Namun sebaliknya pengabdian tanpa keikhlasan yang ada hanya sifat iri dan dengki serta menghalalkan segala cara dalam memberikan pelayanan dalam pengabdiannya.

Keikhlasan ataupun ketulusan di jaman kekinian sangat jarang bahkan terhitung langka karena jaman kekinian yang menjadi pengabdian adalah nafsu. Dengan nafsu maka manusia menjual semua harga dirinya tanpa memikirkan akibat yang ia korbankan demi nafsunya. Karena bila nafsu sudah berbicara maka yang ada adalah penyimpangan dalam pengabdian. Sehingga begitu banyak masalah dan kasus yang terjadi di depan matanya.

Jadi Pengadian dan keikhlasan sangat di butuhkan pada setiap perbuatan karena akan memberikan suasana yang damai dan tentram sehingga tercipta kesejahteraan dan kemakmuran dalam segala hal karena pengabdian yang berdasar pada keikhlasan.

Bukan sebaliknya pengabdian hanya di jadikan batu loncatan untuk mendapatkan harta yang berlimpah serta kekuasaan yang tiada batas dan hukumnya.
seandainya negeri ini dapat menampilkan manusia-manusia yang mengabdikan dirinya untuk negara secara ikhlas dan tulus maka kemiskinan, kesenjangan sosial akan hilang yang ada pemerataan dan keseimbangan bagi seluruh warga negaranya tanpa terkecuali. Semoga Indonesia kedepan mempunyai pemimpin, guru dan jiwa-jiwa yang mengabdiakan dirinya secara tulus dan Ikhlas sehingga tercipta kemakmuran yang kita cita-citakan. Wallahu bishawab
Seperti kalimat indah berikut ini :

“Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.”
#Ibnul Qoyyim
Dan entah salah entah benar .. tapi yang jelas saya masih berfikir bahwa menjadi guru adalah pengabdian.. bukan sekedar pekerjaan.
Hidup biarlah mengabdi walaupun tidak dipuji :)
Lovalia

You Might Also Like

0 komentar: